Unknown

Mereka Yang Diabadikan Dalam Sejarah



Sejak pertama kali mengenal istilah kepribadian, saya sangat suka sekali memperhatikan orang-orang di sekitar tempat saya berada, maupun dari Televisi. Saya benar-benar terpesona dengan beragam kisah yang dituangkan dalam sejarah, tentang Disney yang berkepribadian Sanguinis dengan Negri impiannya yang bernama Disneyland, tentang Shidarta Gautama yang berkepribadian Phlegmatis dengan kearifan dan kebijaksanaannya yang tak lekang oleh zaman, tentang Napoleon Bonaparthe yang berkepribadian Korelis dengan cita-cita dan ambisi besarnya untuk meninggikan kejayaan Negrinya, dan tentang Albert Einsten yang berkepribadian Melankolis yang mendedikasikan hidupnya untuk ilmu pengetahuan. Meski saya tahu bahwa kesuksesan yang mereka raih hanyalah nama baik dan kesuksesan duniawi, tapi saya tahu bahwa mereka adalah orang baik dan mereka tulus mempersembahkan hidupnya untuk umat manusia.

Pemilik Kepribadian Melankolis adalah yang paling menarik perhatian saya, kenapa? Tentu saja karna saya sendiri berkepribadian Melankolis. Salah satu tokoh Islam yang bernama Mush’ab bin Umair tentulah memiliki kepribadian Melankolis, itulah sebabnya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menunjuknya sebagai da’i di Madinah, Mush’ab sangat handal dalam berdiplomasi sehingga suku Aus dan Khazraj menerima dakwahnya. Pertama kali mengenal Islam, Mush’ab tidak langsung menerimanya, sebagai Melankolis tentunya dia perlu memikirkannya masak-masak hingga akhirnya dia menemukan kebenaran didalamnya yang tak akan dia lepaskan meski ia harus bermusuhan dengan ibunya yang sangat dikasihinya. Saat para sahabat berlarian dari perang Uhud karna mengira Rosul telah wafat, Mush’ab tetap menjaga Rosul dari serbuan orang Kafir yang mengepung mereka, dengan gigih dia mengangkat bendera Islam tinggi-tinggi agar para sahabat menyadari bahwa Rosul masih hidup, ketika tangan kanannya dipenggal maka ia mengangkat bendera itu dengan tangan kirinya, dan ketika kedua tangannya dipenggal maka bendera itu dia dekap kedadanya dengan sisa tangannya, hingga akhirnya syahid mendatanginya.

Tokoh Islam lain yang berkepribadian Korelis bernama Abu Dzar al-Ghifari, dia adalah orang yang sangat loyal terhadap Islam. Ketika para sahabat tidak berani membaca al-Qur’an karna takut terdengar orang Kafir Quraisy, Abu Dzar malah mendatangi orang Quraisy dan membacanya dengan berteriak dan dia dihajar habis-habisan oleh orang Quraisy hingga para sahabat mengira dia sudah meninggal. Ketika Abu Dzar sembuh, dia masih belum kapok juga dan melakukan hal yang sama lagi hingga akhirnya Rosul menasehatinya. Abu Dzar memiliki temperamen tinggi, sehingga pernah dia menghina ibu Bilal, ketika Bilal mengadukan hal itu pada Rosul maka Rosul berkomentar, “ternyata masih ada watak Jahiliyyah dalam dirimu.” Mendengar hal itu Abu Dzar merasa sangat bersalah dan langsung menempelkan pipinya ketanah, dia berkata bahwa dia takkan berdiri sebelum Bilal membalas penghinaan yang dia lakukan dengan menginjak kepalanya. Suatu ketika Abu Dzar mendatangi Rosulullah shallallahu ‘alaihi wassalam untuk meminta nasehat, maka Rosul yang mengenal betul watak Abu Dzar tidak memberikan nasehat lain selain berkata, “Jangan marah.” Sampai tiga kali Abu Dzar meminta wasiat, Rosul masih mengatakan hal yang sama.

Tokoh Islam yang bernama Abu Nawas tentulah seorang Sanguinis, dia bisa membawakan Islam dengan gayanya sendiri. Dia tidak membawakan dengan cara yang formal dan serius namun dengan cara yang dapat diterima oleh banyak pihak. Baginya yang paling penting pertama kali adalah mengambil hati orang lain. Kisah-kisah Abu Nawas tertuang dalam tinta emas sejarah Iraq. Kisahnya menjadi penawar duka bagi orang yang bersedih, menjadi kritikan bagi para penguasa, menjadi sebuah karya bagi para satrawan, menjadi harta berharga bagi para filsafat. Abu Nawas selalu bisa membuat Harun ar-Rasyid terpesona sehingga dia menerima banyak hadiah, namun Abu Nawas adalah orang yang lebih suka hidup sederhana. Bahkan saat dia hendak dijadikan pejabat Istana, dia berpura-pura gila agar bisa menghindari jabatan itu. Dia sangat tekun beribadah, dan meskipun dia selalu berusaha membuat orang lain tertawa namun dia sendiri seringkali menangis dalam kesendiriannya karna sangat takut dengan dosa-dosanya. Dan salah satu syair yang paling dikenal hingga kini adalah syair Abu Nawas yang berisi ketakutan akan Neraka dan pengharapan akan Syurga, saya yakin Anda pasti sangat mengenal syair tersebut.

Seorang Tabi’it tabiin yang berkepribadian Phlegmatis adalah Ahnaf bin Qois, banyak orang mengagumi kebijaksanaannya. Meskipun ia bukanlah seorang yang tampan, bahkan bisa dibilang buruk rupa namun dia tidak pernah minder karna dia memiliki hal lain yang jauh lebih berharga yaitu Iman dan ilmu, dan pada kenyataannya hal itu membuatnya hidup terhormat dan sangat disegani, padahal dia sangat miskin. Dia menjauhi keduniawian dan hidup dengan damai dengan Kitab-kitabnya. Pada kenyataannya dia tetap dikenal dan dicari banyak orang karna memang banyak orang yang membutuhkan ilmunya. Pernah suatu ketika seseorang mendatanginya karna ada masalah yang sangat gawat, terjadi kesalahpahaman diantara dua suku dan hendak terjadi perang besar. Tapi Ahnaf bin Qois sama sekali tidak terseret emosi dan mendengarkan penjelasannya dengan kepala jernih. Begitu orang itu selesai bicara, Ahnaf tidak langsung mendatangi pihak yang sedang bersengketa itu, dia menenangkan diri dan membuat minuman lalu menikmatinya dengan santai. Begitu minumannya habis, dia berdiri dan mendatangi pihak yang bersengketa. Dia berbicara di depan orang-orang dengan sikap tenang sehingga orang-orang terpengaruh ketenangannya, kata-katanya menyejukkan dan terlepas dari emosi sehingga orang-orang dapat mendengarkannya dengan hati terbuka, akhirnya orang-orang kembali ke rumah masing-masing dalam keadaan puas dan persengketaan itu dapat dihentikan.
0 Responses

Posting Komentar

Aditya Pamungkas

Sonic Screwdriver Doctor Who), auto;} body a:hover{cursor: url(Sonic Screwdriver Doctor Whoauto;}