DUNIA MEMPERTEMUKAN MEREKA
Pada zaman Rosulullah shallallahu alaihi wassalam, ada seorang sahabat yang selalu mengisolasi diri dari kawan-kawannya dan tak mau hidup bermasyarakat. Akhirnya, pada suatu kesempatan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wassalam mengunjunginya dan menanyakan sikap anti sosialnya tersebut. Sahabat tersebutpun menjelaskan alasan mengapa ia mengisolasi diri dari masyarakat, ia menjelaskan bahwa tuntutan hidup bermasyarakat itu terlalu rumit, sehingga dia memilih hidup menyendiri agar terhindar dari beragam konflik kehidupan. Lalu Rosulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Seorang muslim yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih baik dari seorang muslim yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka.”
Semasa kecil, kita begitu bebas mengekspresikan diri kita dan kita tidak memikirkan melainkan diri kita semata. Namun seiring berjalannya waktu semakin dewasalah cara kita memandang dunia sehingga kitapun akan saling menyesuaikan diri dengan orang-orang disekitar kita. Kita mulai menyesuaikan keinginan pribadi kita agar tidak melanggar hak-hak orang lain di sekitar kita dan mengembangkan kemampuan yang dianugrahkan kepada kita untuk sebuah sikap yang bernama tenggang rasa, solidaritas, kasih sayang, toleransi dan hal lain yang semisal. Karna kita menyadari bahwa kita tidak sendiri, kita memahami bahwa kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Sehingga kitapun tidak akan begitu ngotot mempertahankan cara pandang kita dan bersikap kukuh untuk tak mau berubah. Dunia ini kita tempati bersama, dan bersama-sama pula kita saling membangun dunia. Tidak ada lagi kata “Aku” dalam hubungan bermasyarakat, yang ada hanya ada kata “Kita.”
Atas kuasa dan kebesaran dari Allah, dipertemukan kita yang berbeda-beda dalam satu wadah. Api (Korelis) dengan air (Phlegmatis), maupun langit (Sanguinis) dengan bumi (Melankolis). Tentunya semua itu bukan dimaksudkan agar kita saling mempertahankan ego pribadi dan bertempur untuk memaksakan suatu sudut pandang yang kaku dari diri kita sendiri, namun sebaliknya, yang diinginkan dari kita adalah agar kita bisa hidup dengan rukun serta saling mengerti, agar kita semakin dewasa dan bijak dalam menyikapi hidup serta menghargai setiap perbedaan yang ada, karna perbedaan adalah anugrah, karna perbedaan adalah warna kehidupan. Dari seorang Sanguinis kita bisa belajar tentang arti sebuah senyuman, dari seorang Melankolis kita bisa belajar tentang makna kehidupan, dari seorang Korelis kita belajar tentang sebuah cita-cita dan dari seorang Phlegmatis kita bisa belajar tentang kearifan.
“Setiap manusia diciptakan oleh Allah sengaja diberi kekurangan agar mereka saling membutuhkan dan saling melengkapi.”
Posting Komentar