Setiap Dari Mereka Punya Kelebihan
Di tempat lain yang terjadi malah sebaliknya. Orangtua merasa frustasi terhadap putra Melankolisnya yang penyendiri dan jarang bergaul. Tak jarang orangtua menjadi kesal terhadap putra Melankolisnya dan membandingkan dengan anak tetangganya yang berwatak Sanguinis, “kamu itu terlalu kuper, cobalah lihat anak itu, betapa menyenangkannya jika aku memiliki anak seperti itu. Dia sangat menyenangkan jika di ajak bicara sehingga banyak orang suka berteman dengannya, tidak seperti dirimu.”
Lain halnya jika orangtua memiliki anak berkepribadian Korelis, orangtua yang tidak mengerti kepribadian putranya akan mengira bahwa anaknya itu sulit diatur, suka membantah dan bandel. Sehingga seringkali orangtua berharap dia memiliki seorang putra berkepribadian Phlegmatis yang penurut, tidak banyak menuntut dan baik hati.
Padahal belum tentu orangtua yang memiliki putra berkepribadian Phlegmatis lebih merasa beruntung, karna pada kenyataannya banyak orangtua yang uring-uringan dengan putra Phlegmatisnya yang terlalu pasif, berkemauan lemah dan sedikit malas. Berbeda halnya dengan Korelis yang bisa diandalkan, bercita-cita tinggi dan menonjol diantara teman-temannya.
Andai orangtua bisa menerima anaknya sebagaimana adanya dan memotivasi kemampuannya tentulah mereka akan mendapati anaknya memiliki kemampuan yang dapat membuat mereka lebih bersyukur. Perlu dipahami bahwa tak ada satu manusiapun yang diciptakan Allah tanpa memiliki kelebihan, kita hanya perlu menggalinya dan mencari tahu. Karna bagaimanapun manusia tampak tak bernilai di satu sisi, pastilah ia memiliki nilai di sisi yang lain. Jika kita selalu melihat sisi kelemahan dari seseorang maka orang itu akan terlalu fokus pada kelemahannya sehingga kelemahannya itulah yang akan selalu nampak, dan pada akhirnya, bukannya ia mengatasi kelemahannya malah dia menjadi minder bergaul dan kehilangan kemampuannya.
Tanpa mengetahui kepribadian, mungkin orangtua mereka mengira bahwa ada yang tak beres dengan anaknya. Tidak jarang orangtua menjadi frustasi ketika melihat anaknya tidak bisa menjadi seperti yang dia harapkan sehingga ia pun menganggap anaknya mengecewakan dan tak bisa diharapkan, sehingga kemampuan anaknyapun terhambat.
Orangtuapun melakukan kesalahan dengan membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain yang dia anggap lebih baik untuk memotivasinya, padahal hal itu justru membuat anaknya jadi merasa tak berharga dan akhirnya mengadakan permusuhan dengan orangtuanya, akhirnya si anak menjadi lebih akrab dengan dunia luar dan merasa asing di dalam rumah.
Perlu diketahui bahwa usaha membanding-bandingkan merupakan sesuatu yang sangat tidak sehat bagi pendidikan anak, karna tiap manusia pastilah memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Sering sekali orangtua menjadi frustasi ketika melihat putra Sanguinisnya yang tidak serajin kakak Melankolisnya, karna putranya yang berwatak Sanguinis lebih sering keluar rumah dan tidak bisa mengatur kehidupannya, tidak seperti Melankolis yang selalu hidup teratur, rajin dan sopan.
Di tempat lain yang terjadi malah sebaliknya. Orangtua merasa frustasi terhadap putra Melankolisnya yang penyendiri dan jarang bergaul. Tak jarang orangtua menjadi kesal terhadap putra Melankolisnya dan membandingkan dengan anak tetangganya yang berwatak Sanguinis, “kamu itu terlalu kuper, cobalah lihat anak itu, betapa menyenangkannya jika aku memiliki anak seperti itu. Dia sangat menyenangkan jika di ajak bicara sehingga banyak orang suka berteman dengannya, tidak seperti dirimu.”
Lain halnya jika orangtua memiliki anak berkepribadian Korelis, orangtua yang tidak mengerti kepribadian putranya akan mengira bahwa anaknya itu sulit diatur, suka membantah dan bandel. Sehingga seringkali orangtua berharap dia memiliki seorang putra berkepribadian Phlegmatis yang penurut, tidak banyak menuntut dan baik hati.
Padahal belum tentu orangtua yang memiliki putra berkepribadian Phlegmatis lebih merasa beruntung, karna pada kenyataannya banyak orangtua yang uring-uringan dengan putra Phlegmatisnya yang terlalu pasif, berkemauan lemah dan sedikit malas. Berbeda halnya dengan Korelis yang bisa diandalkan, bercita-cita tinggi dan menonjol diantara teman-temannya.
Andai orangtua bisa menerima anaknya sebagaimana adanya dan memotivasi kemampuannya tentulah mereka akan mendapati anaknya memiliki kemampuan yang dapat membuat mereka lebih bersyukur. Perlu dipahami bahwa tak ada satu manusiapun yang diciptakan Allah tanpa memiliki kelebihan, kita hanya perlu menggalinya dan mencari tahu. Karna bagaimanapun manusia tampak tak bernilai di satu sisi, pastilah ia memiliki nilai di sisi yang lain. Jika kita selalu melihat sisi kelemahan dari seseorang maka orang itu akan terlalu fokus pada kelemahannya sehingga kelemahannya itulah yang akan selalu nampak, dan pada akhirnya, bukannya ia mengatasi kelemahannya malah dia menjadi minder bergaul dan kehilangan kemampuannya.
Posting Komentar